![]() |
| Aziz Aminudin, M.Pd - Temancur |
oleh Aziz Aminudin, M.Pd
Trainer & Professional Hypnotherapist di MPC Training Center dan Griya Hipnoterapi MPC
Setiap orang pasti pernah merasa sakit hati. Entah karena ucapan seseorang, perlakuan yang tidak adil, atau harapan yang tak sejalan dengan kenyataan. Namun, menariknya, tidak semua orang bertahan lama dalam perasaan itu. Ada yang larut hingga berhari-hari, ada pula yang bisa menertawakan luka itu dalam hitungan menit.
Dalam salah satu sesi program TemanCur singkatan dari Teman Curhat, saya mendapati curhatan pagi ini dan menjadi percakapan ringan namun sarat makna, yang mungkin bisa anda manfaatkan.
"Kadang begitu."
"Yah, memang kadang begitu, namanya juga hidup kan?"
"Saya sakit hati."
"Oh, terus apa ini enak?"
"Tidak."
"Terus?"
"Saya ingin nggak sakit hati."
"Terus, menurutmu bagaimana biar kamu nggak sakit hati?"
"Abaikan aja."
"Emang bisa?"
"Bisa aja, anggap aja dia orang gila "
"Gila ach njenengan itu , Masih sakit hati?"
"NGGAL LAH! Ngapain juga? Rugi saya "
"Yah, kadang begitu..."
Diakhiri dengan tawa ringan, percakapan sederhana itu mencerminkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar curhat yaitu proses seseorang menyadari, mengolah, dan melepaskan beban emosinya.
TemanCur: Ruang Aman untuk Menemukan Kesadaran Diri
TemanCur adalah salah satu program yang saya rancang di Griya Hipnoterapi MPC sebagai ruang aman untuk siapa pun yang ingin berbagi cerita, tanpa dihakimi dan tanpa harus dipaksa untuk "harus kuat".
Di dalamnya, peserta belajar mengenali cara kerja pikirannya sendiri bagaimana sebuah perasaan muncul, bertahan, dan akhirnya bisa dilepaskan.
Curhat dalam konteks ini bukan sekadar menceritakan masalah, tetapi menjadi sarana untuk menemukan kesadaran baru tentang diri sendiri. Ketika seseorang didengarkan dengan empati, pikiran bawah sadarnya mulai terbuka. Ia mulai bisa melihat persoalan bukan lagi sebagai penderitaan, melainkan sebagai pelajaran.
Mengenali Pola Pikiran: Dari Luka ke Lucu
Jika kita perhatikan percakapan di awal, tampak sebuah alur yang menggambarkan transformasi emosi:
Pengakuan : "Saya sakit hati."
Ini adalah langkah awal yang penting. Dalam terapi pikiran, seseorang baru bisa sembuh jika ia berani mengakui apa yang ia rasakan.Refleksi : "Apa ini enak?"
Pertanyaan sederhana namun penuh makna. Ia mengajak klien berpikir secara sadar: apakah menyimpan luka itu bermanfaat?Niat perubahan : "Saya ingin nggak sakit hati."
Saat niat muncul, arah pikiran mulai bergeser dari fokus pada masalah menuju fokus pada solusi.Reframing : "Abaikan aja, anggap aja dia orang gila."
Ini adalah bentuk pengalihan makna (reframing) dalam dunia hipnoterapi. Dengan mengubah sudut pandang terhadap pelaku, otak tidak lagi memprosesnya sebagai ancaman, tetapi sebagai hal yang tidak perlu diambil hati.Pelepasan emosional : Tawa di akhir percakapan.
Tawa adalah tanda bahwa tubuh dan pikiran mulai relaks. Saat seseorang sudah bisa menertawakan hal yang dulu menyakitkan, itu artinya beban batin telah terlepas.
Penjelasan dari Sisi Ilmu Hipnoterapi
Dalam dunia hipnoterapi, setiap emosi negatif yang kita rasakan berasal dari makna yang diberikan oleh pikiran bawah sadar terhadap sebuah kejadian. Bukan peristiwa itu sendiri yang menyakitkan, melainkan cara kita memaknainya.
Ketika seseorang mampu mengubah cara pandangnya, misalnya dari "dia menyakitiku" menjadi "dia sedang tidak waras, jadi tak perlu kuambil hati" maka makna di alam bawah sadar pun berubah.
Akibatnya, sistem saraf berhenti memproduksi hormon stres, dan tubuh pun kembali rileks.
Proses ini disebut reframing emosional, salah satu teknik dasar dalam terapi pikiran.
Dengan reframing, seseorang belajar mengendalikan persepsi tanpa harus memaksa dirinya untuk "lupa".
Yang berubah bukan memorinya, tetapi cara pikirnya terhadap memori itu.
Tawa Sebagai Terapi Pikiran
Dalam perspektif Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan mind reprogramming, tawa adalah bentuk alami emotional release.
Ketika seseorang tertawa, gelombang otaknya berpindah dari beta (stres) ke alpha (rileks).
Pada titik itu, pikiran menjadi lebih jernih, dan emosi negatif perlahan menguap.
Jadi, ketika peserta di sesi TemanCur tadi menutup curhatnya dengan tawa, sesungguhnya ia sedang menandai pemulihan batinnya.
Sebuah bentuk penyembuhan yang sederhana, tapi sangat manusiawi.
Belajar Menjadi Teman Curhat yang Menyembuhkan
Menjadi teman curhat bukan berarti menjadi "pemberi nasihat terbaik".
Seringkali, yang dibutuhkan seseorang hanyalah pendengar yang tulus dan pertanyaan yang tepat.
Kalimat sederhana seperti, "Terus, apa ini enak?" bisa menjadi pintu pembuka kesadaran seseorang bahwa ia punya pilihan lain selain menderita. Di situlah nilai kemanusiaan dalam TemanCur membantu seseorang menemukan kekuatan yang sebenarnya sudah ada di dalam dirinya.
Penutup: Kadang Begitu, Tapi Bisa Dikelola
Hidup memang tak selalu berjalan seperti yang kita harapkan. Kadang begitu, kadang tidak. Namun satu hal yang pasti, kita selalu punya pilihan untuk mengelola cara pikir kita terhadap hidup itu sendiri. Melepaskan sakit hati bukan berarti kalah, tapi justru tanda bahwa kita telah menang atas diri sendiri. Karena kebahagiaan bukan datang dari dunia luar, melainkan dari cara kita memahami dan menerima dunia dalam diri.
Dan jika sesekali kita harus menertawakan sesuatu yang dulu membuat kita marah, tertawalah.
Itu bukan bentuk kelemahan, melainkan tanda bahwa kita sudah sembuh.
Aziz Aminudin, M.Pd
Trainer & Professional Hypnotherapist
MPC Training Center - Griya Hipnoterapi MPC







